kickstand-project.org – Afrika Selatan mengalami kematian pertamanya akibat mpox atau cacar monyet, menurut pengumuman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa, 11 Juni 2024. Pria berusia 37 tahun tersebut meninggal saat dirawat di Rumah Sakit Tembisa, menambah daftar panjang dampak penyakit ini setelah lima kasus baru terkonfirmasi dalam satu bulan terakhir.
Kronologi dan Laporan Kasus:
Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla, menyatakan bahwa pada tahun 2022, tercatat lima kasus mpox tanpa kematian dan tidak ada kasus yang tercatat pada tahun 2023. Namun, tahun ini, situasi berbeda dengan munculnya beberapa kasus dalam waktu singkat.
Phaahla menegaskan, “Satu kematian adalah terlalu banyak, terlebih lagi untuk penyakit yang dapat dicegah dan ditangani seperti mpox.” Pernyataan ini dilaporkan oleh Reuters, menunjukkan urgensi dan keseriusan kondisi saat ini.
Gejala dan Penyebaran:
Mpox dikenal karena gejalanya yang mirip flu dan lesi berisi nanah yang menyebar melalui kontak fisik yang dekat. Meskipun banyak kasus berakhir ringan, penyakit ini dapat berakibat fatal.
Detil Penularan dan Kasus:
Penyebaran lokal terindikasi dari lima kasus terkonfirmasi di Afrika Selatan antara Mei dan Juni, melibatkan pria berusia 30 hingga 39 tahun tanpa riwayat perjalanan internasional ke negara-negara terjangkit. Phaahla menambahkan bahwa semua kasus ini cukup serius dan memerlukan rawat inap. Dua dari pasien tersebut masih dirawat di rumah sakit.
Populasi Kunci dan Risiko Penyakit:
Phaahla juga mencatat bahwa kasus-kasus ini melibatkan individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya dan merupakan bagian dari populasi kunci, termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria.
Strain Viral dan Konteks Global:
Tiga dari lima pasien tersebut terinfeksi dengan strain virus mpox clade IIb, yang mulai menyebar secara global sejak tahun 2022. Mpox pertama kali terdeteksi pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970, dengan Kongo mencatat lebih dari 99 persen kasus mpox di Afrika per April, menurut WHO.
Peningkatan kasus ini mendorong kebutuhan untuk respons kesehatan global yang lebih kuat dan strategi pencegahan penyakit yang lebih efektif di Afrika Selatan dan di seluruh dunia.